Setiap apa yang terjadi mengandung hikmah bagi setiap orang yang mau melihatnya lebih bijak. Karena bersama kesedihan terdapat kebahagiaan.

Kamis, 20 Desember 2012

Surat Cinta, Ibu


Bismillahirrohmaanirrohiim.

Kepada anak ku tersayang, buah hati dan cahaya kecil kehidupanku. Sebagai seorang ibu aku begitu bahagia bisa membesarkan dan merawat dirimu sampai sebesar ini. Melihat dirimu yang kini mulai memasuki usia dewasa, melihat malaikat kecil hatiku kini mulai menjalani kehidupannya sendiri.

Anakku, ibu begitu bahagia sedari mengandung dirimu dulu. Betapa hidup ini sungguh indah mengetahui aku akan menjadi seorang ibu, saat itu dalam hatiku berjanji untuk menjagamu sebaik-baiknya. Aku mulai memperhatikan kesehatan dan aktivitasku, menjaga asupan makanku agar dirimu yang di dalam rahimku tumbuh sehat hingga waktunya kau lahir di dunia. Beratnya perjuanganku terhapus jika aku membayangkan dirimu terlahir sehat dan bisa memanggil diriku “ibu”. Aku sangat menyayangimu, anakku. Bulan berganti bulan, akhirnya kau pun terlahir ke dunia. Malaikat kecilku kini bisa aku peluk dan aku timang, tangisanmu adalah musik penyemangat bagiku. Dirimu adalah salah satu kebahagiaan dan semangat diriku dalam menjalani hidup. Ketika melihatmu dengan jari-jemari yang mungil, aku membayangkan menjadi apa dirimu kelak ketika sudah dewasa, presiden kah? Polisi kah? Seorang tentara? Pahlawan? Bagiku tidaklah mengapa engkau nanti ingin menjadi apa, yang aku ingin dan doakan adalah menjadi apapun dirimu nantinya, yang penting engkau menjadi hamba yang taat dan juga anak yang berbakti pada orangtuamu.

Dirimu kian besar, ingatkah dirimu ketika aku mau menyuapimu makan namun engkau berlari-lari? Mengajak diriku yang sudah cukup tua mengejar-ngejar dirimu yang masih begitu belia dan tidak mengenal lelah. Namun itu adalah sekeping momen bahagia bagiku. Menemanimu ke sekolah, mengajarimu mengahapl surat-surat, mengajarimu bermain sepeda, itu hanyalah beberapa kepingan memori indah yang akan aku simpan terus di dalam hatiku, jauh di lubuk hatiku, hati seorang ibu. Mungkin kau tidak ingat ketika dulu kau sakit demam yang tinggi, aku merasa begitu khawatir dengan keadaanmu, hingga mungkin sempat aku salah tingkah dan memarahimu. Namun ketahuilah anakku, itu bukan maksudku, namun sejujurnya aku sangat mengkhawatirkan dirimu. Aku tidak ingin melihat buah hatiku menderita. Sungguh aku begitu menyayangimu.
Dewasa, itulah yang bisa aku katakan untuk menggambarkan dirimu kini. Dirimu yang dulu selalu merajuk kepadaku saat dirimu terjatuh, kini kau selalu bangkit dengan sendirinya tanpa merajuk sedikitpun padaku. Kau pun kini mempunyai duniamu sendiri, terkadang kau berangkat pagi sekali dan pulang ketika larut malam. Kau berkata padaku “Ini usaha meraih impianku, bu. Aku mohon ibu doakan aku.” Aku menuruti apa mau kamu, aku berusaha untuk tidak mengkhawatirkan dirimu, namun bagi seorang ibu, tetap saja itu hal yang mustahil aku lakukan. Aku selalu mengkhawatirkanmu ketika aku jauh darimu. Sudah kah engkau makan? Apakah kamu baik-baik saja? Apakah ada kesulitan yang menimpa dirimu di luar? Itulah yang sering menghinggapi hatiku, namun aku hanya berdoa pada Allah, 

“Ya Allah, jagalah buah hati dan malaikat kecilku disaat penjagaanku tidak sampai kepadanya.”

Anakku, kini usiaku sudah senja, aku tidak tahu kapan Allah akan membawaku menjauh darimu, selamanya. Di setiap sujud dan di dalam doa selalu aku selipkan doa terbaik untukmu pada Sang Maha Menjaga, aku berdoa agar kau selalu dalam bimbingan-Nya, penjagaan-Nya, juga cinta-Nya, dimana cinta-Nya akan selalu menemanimu seperti cintaku ini padamu. Anakku, ketika aku udah tiada, aku memiliki satu permintaan sederhana, ingatlah aku sebagai ibumu, dan doakan driku selalu.

Yang amat mencintaimu, Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar