Setiap apa yang terjadi mengandung hikmah bagi setiap orang yang mau melihatnya lebih bijak. Karena bersama kesedihan terdapat kebahagiaan.

Senin, 30 Januari 2012

Kesalahan Umum dalam Berjilbab 1 : Etika Syar'i


Bismillahirrohmaanirrohiim.
Hijabers, salah satu komunitas berjilbab di Indonesia
Jilbab. Bukan lagi suatu hal yang aneh bagi masyarakat dunia –Indonesia khususnya- saat ini, bahkan sudah hampir menjadi suatu fashion tersendiri dalam masyarakat kita bahkan ada beberapa komunitas yang dibentuk yang tentu saja isinya kaum hawa yang berjilbab. Karna berjilbab pun ajaran dari agama islam yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat, jadi tidak mengherankan jika banyak wanita di pelosok negeri ini memakai jilbab.
”Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri orang-orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu merek tidak diganggu. Dan, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Ahzab : 59)
Dan melihat realita masyarakat wanita sekarang banyak yang memakai jilbab, kita semua patut untuk bersyukur dan mengucap “alhamdulillah”. Tapi dalam penerapan jilbab ini, ada banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan juga kesalahan-kesalahan yang tidak seharusnya dilakukan, apa sajakah itu? mari kita bahas bersama kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam hal berjilbab.
1.       Jilbab Terlalu Pendek
Fungsi dan tujuan dari berjilbab adalah untuk menutupi aurat, jadi sudah pasti bahwa jilbab ini harus bisa untuk menutupi bagian-bagian tubuh yang memang wajib untuk ditutupi. Seluruh tubuh wanita adalah aurat, kecuali telapak tangan dan wajahnya. Misalnya seperti model kerudung bergo yang hanya menutupi sampai bagian leher -dan sedikit ketat kelihatannya-. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab : 59,

“.....Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka....”

2.       Jilbab Transparan/Terlalu Tipis
Seperti yang sama-sama kita ketahui bahwa fungsi dan tujuan berjilbab adalah untuk menutup aurat, jadi jilbab yang kainnya terlalu tipis bahkan seperti transparan tidak dibenarkan secara syar’i, karna sama saja tidak menutup aurat, dan sekali lagi disinggung bahwa aurat wanita adalah seluruh bagian tubuhnya kecuali telapak tangan dan wajahnya. Jadi bagian rambut adalah auratnya juga dan tidak boleh dilihat oleh selain mahramnya. Seperti hadits dari Rasulullah SAW,

“Hai, Asmaa! Sesungguhnya perempuan itu apabila ia telah dewasa/sampai umur, maka tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan ini dan ini.” Rasulullah berkata sambil menunjuk muka dan telapak tangan hingga pergelangannya sendiri. (H.R Abu Dawud dari ‘Aisyah r.a)

3.       Memakai Baju Ketat dan Seksi
Rasulullah SAW bersabda,

“Pada akhir zaman nanti akan ada wanita-wanita dari kalangan ummatku yang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.....” (Hadits Mashur)

contoh berjilbab yang sesuai etika syar'i
Ada yang tahu apa bedanya menutup aurat dan membungkus aurat? Menutup aurat yaitu menutup aurat agar tidak tampak oelh indera penglihatan baik secara visual maupun bentuknya. Memakai baju yang ketat tidak bisa kita sebut telah menutup auratnya meskipun yang bersangkutan telah memakai jilbab, karna lekukan tubuhnya masih terlihat karna baju yang dipakai ketat dan seksi, dan ini lah yan disebut oleh Rasul “berpakaian namun telanjang.” Jadi yang benar dalam menutup aurat adalah tidak memakai pakaian yan ketat atau seksi yang bis amemperlihatkan lekuk tubuh, dan juga pakaian yang dipakai cukup panjang untuk menutupi auratnya, terutama –zaman sekarang- banyak yang berjilbab namun celana/roknya kurang panjang dan bagian lengannya hanya sampai lengan atau malah siku.
Itu lah beberapa kesalahan yang sering dilakukan dalam menutup aurat atau berjilbab, sudah sepantasnya jika hal-hal di atas dihindari agar tujuan dan esensi dari berjilbab itu tidak hilang. Jika beralasan karna untuk terlihat cantik dan modis meskipun berjilbab, itu tidak bisa diterima, bahkan dengan tetap menjaga tujuan dan inti dari berjilbab tadi bisa tetap cantik dan modis, tentunya dengan style yang disesuaikan dengan syarat-syarat syar’i. Semoga artikel yang memakai referensi dari buku “60 Kesalahan Dalam Berjilbab” ini bisa bermanfaat. Wallahu a’lam bishowab.

Kamis, 26 Januari 2012

Islam VS Emansipasi, mana yang lebih menghormati?


Bismillahirrohmaanirrohiim.
R.A Kartini, pahlawan emansipasi perempuan
“Habis Gelap Terbitlah Terang.” Siapa dari masyarakat Indonesia bahkan dunia yang tidak mengetahui kalimat penuh makna ini? Ya, itu adalah kalimat yang diucapkan oleh seorang pahlawan wanita bangsa Indonesia yang berasal dari Jawa, yaitu Raden Ajeng Kartini, seorang wanita yang berjuang dalam memperjuangkan hak asasi kaum hawa ketika masa kolonial Belanda dahulu. Pahlawan emansipasi wanita, tapi bukan beliau yang akan kita perbincangkan pada kesempatan ini, namun “emansipasi” yang ada pada zaman sekarang ini, yang berlawanan dengan ajaran Islam.
Pada zaman sekarang ini, masyarakat berpandangan bahwa ajaran Islam justru merendahkan dan mengekang kaum wanita, sehingga banyak dari kaum hawa melakukan “emansipasi” agar bisa lebih “berprestasi”, benarkah Islam membatasi kaum perempuan untuk berkarya dan berprestasi? Benarkah emansipasi adalah jalan keluar yang sesuai untuk kaum perempuan untuk berkarya dan berprestasi? Dari sudut pandang penulis, ajaran Islam sama sekali tidak membatasi kaum wanita untuk berkarya atau berprestasi, atau justru merendahkan perempuan dengan laki-laki, justru sebaliknya, emansipasi lah yang merendahkan dan menghinakan perempuan, kok bisa?  Penulis ambil beberapa contoh nyata pernah beberapa kali penulis dengar.
“Islam itu membatasi kami berekspresi dalam hal berpakaian, tidak modern, dsb. Kita kan mesti ikutin zaman yang ada sekarang.” (emansipasi)
Benar kah seperti itu? Apakah Islam membatasinya? Ya, memang benar Islam membatasi dalam hal berpakaian bagi kaum hawa, tapi bukan untuk membatasi dalam berekspresi, justru dengan membatasi hal-hal dalam berpakaian itu Islam menghormati dan melindungi perempuan dari hal-hal yang merendahkan, seperti contohnya banyak wanita zaman sekarang yang memakai pakaian minim yang memperlihatkan bagian aurat mereka, sehingga banyak dilihat dan dinikmat oleh laki-laki yang tidak baik, bahkan sering menjadi pemicu terjadinya tindak asusila, betul toh? Tapi disaat hal itu sudah terjadi, siapa yang mereka salahkan? Si pelaku yang merupakan laki-laki, bahkan kadang sampa menyalahkan nasib/takdir yang itu berarti menyalahkan Allah?! Nau’dzubillahi min dzalik. Sementara lihat ajaran Islam yang membatasi namun untuk menghormati dan melindungi perempuan.
”Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.....” (Q.S An-Nuur : 31)
Baca dan cermati ajaran Islam yang telah ada sejak berabad-abad yang lalu, sudah sejak lama Islam menghormati dan melindungi wanita dari hal-hal yang buruk, bahkan wanita yang berpakaian sopan menutup auratnya, lebih terhormat dan disegani oelh banyak orang dibanding wanita yang mengumbar auratnya dengan mengatasnamakan “emansipasi”, apakah membatasi kreativitas dalam berpenampilan? Tentu tidak, lihat model-model jilbab yang ada sekarang, dengan corak, warna yang tentu saja hasil dari ekspresi dan karya kreativitas, namun tetap melihat syarat-syarat syar’i (kesempatan berikutnya kita bahas kesalahan-kesalahan umum dalam berjilbab).
Lalu apalagi? Masyarakat zaman dulu mengatakan dan juga memiliki pemikiran bahwa Islam tidak mengizinkan kaum wanita untuk menuntut ilmu atau belajar banyak dalam hidupnya, karna wanita ditakdirkan pada akhirnya akan menjadi seorang istri dan mengurus keluarga saja, kembali lagi penulis bertanya? Benarkah demikian? Mari kita sabda Baginda Nabi Muhammad SAW (Allahumma shalli wabarik ‘alaih)
“Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah).” (H.R Ibnu Majah)
Oki Setiana Dewi, artis muslimah yang menjaga hijabnya
Begitulah sabda Nabi yang telah beliau sabdakan berabad-abad silam, sesungguhnya yang membatasi seorang wanita untuk belajar atau berpendidikan lebih tinggi bukanlah Islam, namun pemikiran orang-orang zaman dulu yang memeluk Islam, sehingga yang disorot salah adalah Islam. Dan lagi-lagi, perempuan tetap bisa berprestasi, bekerja, bahkan berpenghasilan untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan keluarga, bisa dengan cara berjualan di rumah, atau membuat pabrik rumahan, tanpa harus pergi ke kantor, pulang malam, sehingga anak-anak terlantar, bahkan terkadang menimbulkan fitnah. Dan contoh terakhir yang penulis pernah dengar juga, bahwa perempuan muslimah yang menutup auratnya dengan baik, yang memegang ajaran Islam dengan baik tidak akan sukses dalam pekerjaannya? Lagi-lagi dan lagi-lagi penulis bertanya, benarkah demikian? Lagi-lagi hal itu salah, banyak pengalaman yang penulis dapat dari beberapa wanita yang lebih memilih menjaga hijabnya dari pada harus melepasnya hanya untuk mendapat atau menjaga pekerjaannya, mau bukti yang nyata bahkan terkenal, lihat seperti Oki Setiana Dewi, ukhti ini menjaga auratnya dengan pakaian yang sesuai ajaran Islam, namun ukhti ini bisa berprestasi dalam dunia akting dan jauh dari fitnah gossip, bagaimana bisa? Mari sama-sama kita resapi dan hayati firman Allah ‘Azza Wa Jalla dalam ayat-Nya yang indah,
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu membantu (agama) Allah, niscaya Dia akan membantumu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S Muhammad : 7)
Itulah beberapa pendapat penulis tentang salahnya penafsiran “emansipasi” dan ajaran Islam yang banyak berkembang pada zaman sekarang ini, pada akhirnya, setuju atau tidak, penulis kembalikan pada pembaca. Wallahu a’lam bishowab.