Setiap apa yang terjadi mengandung hikmah bagi setiap orang yang mau melihatnya lebih bijak. Karena bersama kesedihan terdapat kebahagiaan.

Rabu, 27 Maret 2013

Kekurangan Bukan Hambatan


Bismillahirrohmaanirrohiim.

Seperti biasa pagi hari adalah waktu dimana saya harus berangkat ke kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat saya berjuang untuk meraih title sarjana, tapi lebih dari itu, kampus ini adalah tempat dimana saya belajar banyak ilmu untuk nantinya saya aplikasikan dalam hidup bermasyarakat walaupun jurusan saya Bahasa dan Sastra Inggris tapi tetap ada ilmu untuk bermasyarakat. Dengan motor sport yang lebih besar dari badan saya, jalanan menuju kampus ibarat sirkuit bagi saya dan garis finishnya adalah gerbang kampus.

Ada yang special hari ini ketika saya berangkat ke kampus. Bukan karena menemukan koper berisi uang jutaan, atau ketemu dengan artis papan atas, tapi lebih berharga dari itu, Allah memberikan hikmah-Nya sekaligus teguran bagi saya. Apa itu? Tepatnya di daerah Jalan Ciputat Raya, beberapa puluh meter sebelum fly over Ciputat, di pinggir jalan sebelah kiri saya sedang berjalan dengan tertatih-tatih seorang tunanetra sambil membawa sebungkus besar kerupuk kemplang. Sebagian dari kita mungkin sering melihat seorang tunanetra yang berjalan dengan tongkatnya dan juga sambil menggendong kerupuk kemplang, karena banyak dari mereka yang berusaha mencari nafkah dengan jalan demikian, perlu kita berikan penghargaan. Lalu apa yang membuat tunanetra ini memiliki sesuatu yang ‘lebih’ menurut saya?

Selain sudah dalam usia yang cukup senja dengan tubuh yang kurus dan bungkuk seperti kurang terurus, bapak ini juga mengalami kekurangan pada kakinya. Sambil menggendong tas besar berisi kerupuk yang harus dia jual untuk biaya hidup, di tangan kanan dia memegang tongkat bagi tunanetra, sementara di tangan kirinya dia mengapit alat bantu jalan. Dengan terseok-seok dia berjalan sambil mengetuk-ngetuk tongkatnya agar tidak tersandung atau masuk lubang.

Begitu menusuk hati saya ketika melihat bapak itu dari sisi jalan yang lainnya. Di usia yang sudah renta, dengan banyak kekurangan yang dia miliki, namun dia berhati besar dan juga memiliki harga diri dengan memilih untuk berusaha mencari rezeki dengan cara yang dia bisa, bukan dengan mengemis dan meminta-minta. Bayangkan sementara banyak yang kondisinya jauh lebih baik dari dia malah memilih untuk mengemis dan meminta-minta. Bukan hanya bagi mereka yang mengemis dan meminta-minta, namun bapak tua itu juga menjadi teguran dari Allah untuk kita yang memiliki banyak sumber daya yang bisa kita pakai dan maksimalkan namun kita malah malas berusaha untuk mencari rezeki dari-Nya, dia dengan banyak kekurangan masih semangat untuk bekerja mencari rezekinya, kenapa kita justru malah malas? Padahal kita bisa lebih optimalkan semua kemampuan diri untuk mendapatkan rezeki yang tentunya lebih baik.

Kalau kita justru malas berusaha, itu tandanya kita tidak bersyukur dengan nikmat-Nya yang berupa kemampuan fisik, pikiran, dan juga iman. Jangan lagi malas berusaha dalam mencari rezeki-Nya! Yang penting adalah kita mau berusaha, bagaimana hasilnya biar Allah berikan yang terbaik.

Mau berbagi inspirasi? Follow @panjisyamsi dan @RumahInspirasi_ !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar