Setiap apa yang terjadi mengandung hikmah bagi setiap orang yang mau melihatnya lebih bijak. Karena bersama kesedihan terdapat kebahagiaan.

Senin, 22 Oktober 2012

Kisah Hijrah


                Assalamu’alaykum Wr. Wb.

                Mungkin ada sebagian teman yang memfollow saya ditwitter mengenal saya setelah saya hijrah, dan hanya sedikit yang tahu bagaimana saya sebelum dan saat proses hijrah itu. Dan entah kenapa saya ingin membagi cerita hidup saya ini kepada teman pembaca semua. Semoga bisa memberi inspirasi dan manfaat.
                Bagaimana saya memulia ceritanya ya? Bingung hehehe J Baiklah, begini saja, sila dibaca:
                “Masa lalu saya tepatnya ketika usia remaja atau sedang sekolah SMA adalah masa-masa jahiliyah dalam hidup saya. Saat itu pribadi dan sifat saya berbanding terbalik dengan diri saya sekarang jika teman-teman mengenal saya dari tweet-tweet saya. Dahulu saya anak yang nakal, melawan orang tua, punya pacar (tapi sekarang anti banget banget sama pacaran, hehe), ibadah low, yah begitulah saya pun menyesalinya.
                Sekitar 2 tahun seperti itu juga dipengaruhi oleh lingkungan, itulah sebabnya kenapa saya menganjurkan teman-teman pembaca semua untuk pandai dalam memilih lingkungan pergaulan. Bersenang-senang dengan cara yang tidak islami, membuat saya merasakan senang tapi dalam hati gersang. Jasad senang, tapi ruhiyyah meradang. Hingga satu peristiwa terpenting dalam hidup saya membuat saya hijrah untuk selamanya. Apa kejadiannya?
                Waktu itu saya diputusin oleh pacar saya itu, sakit hati? Iya sakit hati, tapi justru sakit hati itu ternyata membawa saya pada satu pemahaman, “Cinta manusia itu datang dan pergi, namun cinta Dia tidak pernah pergi, hanya kita yang selalu menghindari cinta-Nya.” Setelah itu pun saya berikrar kepada Allah untuk tidak lagi berpacaran. Apa cukup sampai itu? Tentu saja tidak. Ketika seseorang memutuskan untuk hijrah, akan ada saja halangannya terutama dalam hal janji untuk tidak pacaran (teman-teman bisa baca di tulisan “Ikrarku Pada-Mu 1 & 2” di blog ini juga), dan teman-teman saya yang dulu dirasakan mulai tidak nyaman saya tinggalkan, tapi sampai saat ini masih silaturahim.
                “Ketika kita memilih Allah sebagai tujuan, maka yang berbeda tujuan akan meninggalkan. Namun yakinlah Allah akan memberimu teman yang memiliki satu tujuan. Ridho Allah.”
                Alhamdulillah dengan yakin akan sugesti itu, perlahan Allah mempertemukan saya dengan orang-orang yang hebat. Izinkan saya sebutkan beliau-beliau : Ria Nurfitriani Dewi, Teh Pepew, Kang Wandy, Teh Yuyu , Teh Depoy, Kang Arief, Sobat Loversh, Mas Brili, Kang Rendy, Kang Canun dan Teh Fufu yang beliau-beliau semua adalah inspirator dalam bidangnya, semoga saya seperti beliau-beliau nantinya (aamiin).

2 komentar:

  1. kelas berapa pacarannya? berapa lama pacarannya? waktu itu, motivasi buat pacaran apa? apakah hanya untuk status atau bagaimana?

    BalasHapus
  2. Sengaja googling nama "Ria Nurfitriani Dewi" di search engine, lalu terdampar di tulisan ini. Baru tau..

    Terima kasih, Panji. Alhamdulillah Ria juga banyak belajar dari Panji. Semoga kita semua istiqomah di jalan-Nya :)

    BalasHapus