Setiap apa yang terjadi mengandung hikmah bagi setiap orang yang mau melihatnya lebih bijak. Karena bersama kesedihan terdapat kebahagiaan.

Minggu, 12 Agustus 2012

Ikrarku Pada-Mu 2


                Bagi sobat yang baru membaca artikel ini, ada baiknya membaca dari awal cerita yang ada di “Ikrarku Pada-Mu 1”, agar tahu jalan ceritanya J
                Setelah berikrar kepada Allah dengan janji bahwa saya tidak akan pacaran sampai saatnya menikah nanti. Awalnya saya pikir sudah selesai begitu saja, dan saya tinggal menjalani hidup dengan tenang dan indah tanpa namanya makhluk merepotkan bernama “pacar”, ternyata dugaan saya salah. Beberapa bulan setelah saya berikrar itu, secara tidak sengaja saya kenal dengan seorang wanita, umurnya di bawah saya, berkerudung, dan bisa dibilang lumayan cantik. Awalnya karna dia menjadi friends facebook saya, namun saya tidak mengenalnya, akhirnya saya menanyakan siapa dia. Beberapa chat dan wall berlanjut karna berkenalan, akhirnya terjadi komunikasi via sms, lambat laun muncul perasaan nyaman dan suka. Berlanjut menjadi pertemuan, dan ternyata perasan itu semakin menguasai. Dan hal itu bukan terjadi dari satu pihak, si wanita juga merasakan hal yang sama, dia juga menyukai saya. Indah jatuh cinta, namun sebetulnya akan menjadi sebuah dilema.
                Singkat cerita, di suatu senja, kami melakukan komunikasi seperti biasa melalui pesan singkat. Hingga akhirnya awal dilema pun bermula, wanita itu mengutarakan perasaannya pada saya. Terkejut? Iya. Senang? Saya senang karna tidak bertepuk sebelah tangan. Gusar? Ya, sangat gusar, takut dan galau saat itu. Kenapa saya harus galau ketika ada orang yang kita sukai menyatakan perasaan yang sama kepada kita, bisa menjadi pacarnya. Satu alasan, karna ikrarku pada-Nya, janji saya kepada Allah untuk tidak berpacaran lagi sampai saatnya menikah. Saya berpikir keputusan mana yang saya harus ambil? Menerimanya dan menjadi kekasihnya namun mengingkari janji pada Allah? Atau justru tetap teguh pada prinsip meskipun harus kehilangannya? Beberapa waktu saya menimbang, cukup bimbang. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk tetap teguh pada prinsip, dengan alasan bahwa jika saya memilih untuk tetap teguh pada janji sama Allah, niscaya Dia akan memberikan yang terbaik. Dan betul saja, wanita itu akhirnya pergi dan tidak beberapa waktu kemudian wanita itu memiliki hubungan dengan pria lain. Sakit mengetahuinya, namun saya lega dan meyakinkan bahwa inilah anjuran Allah yang terbaik.
Selang beberapa hari kemudian, Allah kembali “berbicara” kembali kepada saya melalui kitab suci-Nya ketika saya tilawah harian, yang begini bunyinya,

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?” (Q.S Al-Ankabut : 2)

                Dan saya pun tersadar, peristiwa dilematis yang terjadi adalah semata-mata Allah ingin menguji kesungguhan niat dan jani saya kepada-Nya, ya, saya diuji seperti firman-Nya di atas. Oleh karna itu untuk sobat yang sedang memilih jalan untuk ta’aruf dan berjanji kepada-Nya untuk tidak berpacaran, dan datang seseorang yang sepertinya “terlihat” tepat namun mengajak untuk maksiat (berpacaran) percayalah, itu adalah ujian dari Allah, untuk menguji kesungguhanmu. Dan saya yakin sobat semua bisa melaluinya, karna saya bisa, maka kamu juga bisa ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar