Bagi
sobat yang baru membaca artikel ini, ada baiknya membaca dari awal cerita yang
ada di “Ikrarku Pada-Mu 1”, agar tahu jalan ceritanya J
Setelah
berikrar kepada Allah dengan janji bahwa saya tidak akan pacaran sampai saatnya
menikah nanti. Awalnya saya pikir sudah selesai begitu saja, dan saya tinggal
menjalani hidup dengan tenang dan indah tanpa namanya makhluk merepotkan
bernama “pacar”, ternyata dugaan saya salah. Beberapa bulan setelah saya
berikrar itu, secara tidak sengaja saya kenal dengan seorang wanita, umurnya di
bawah saya, berkerudung, dan bisa dibilang lumayan cantik. Awalnya karna dia menjadi
friends facebook saya, namun saya tidak mengenalnya, akhirnya saya menanyakan
siapa dia. Beberapa chat dan wall berlanjut karna berkenalan, akhirnya terjadi
komunikasi via sms, lambat laun muncul perasaan nyaman dan suka. Berlanjut menjadi
pertemuan, dan ternyata perasan itu semakin menguasai. Dan hal itu bukan
terjadi dari satu pihak, si wanita juga merasakan hal yang sama, dia juga
menyukai saya. Indah jatuh cinta, namun sebetulnya akan menjadi sebuah dilema.
Singkat
cerita, di suatu senja, kami melakukan komunikasi seperti biasa melalui pesan
singkat. Hingga akhirnya awal dilema pun bermula, wanita itu mengutarakan
perasaannya pada saya. Terkejut? Iya. Senang? Saya senang karna tidak bertepuk
sebelah tangan. Gusar? Ya, sangat gusar, takut dan galau saat itu. Kenapa saya
harus galau ketika ada orang yang kita sukai menyatakan perasaan yang sama
kepada kita, bisa menjadi pacarnya. Satu alasan, karna ikrarku pada-Nya, janji
saya kepada Allah untuk tidak berpacaran lagi sampai saatnya menikah. Saya berpikir
keputusan mana yang saya harus ambil? Menerimanya dan menjadi kekasihnya namun
mengingkari janji pada Allah? Atau justru tetap teguh pada prinsip meskipun
harus kehilangannya? Beberapa waktu saya menimbang, cukup bimbang. Hingga akhirnya
saya memutuskan untuk tetap teguh pada prinsip, dengan alasan bahwa jika saya
memilih untuk tetap teguh pada janji sama Allah, niscaya Dia akan memberikan
yang terbaik. Dan betul saja, wanita itu akhirnya pergi dan tidak beberapa
waktu kemudian wanita itu memiliki hubungan dengan pria lain. Sakit mengetahuinya,
namun saya lega dan meyakinkan bahwa inilah anjuran Allah yang terbaik.
Selang beberapa
hari kemudian, Allah kembali “berbicara” kembali kepada saya melalui kitab
suci-Nya ketika saya tilawah harian, yang begini bunyinya,
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan
dibiarkan hanya dengan mengatakan, “kami telah beriman,” dan mereka tidak
diuji?” (Q.S Al-Ankabut : 2)
Dan saya pun tersadar, peristiwa
dilematis yang terjadi adalah semata-mata Allah ingin menguji kesungguhan niat
dan jani saya kepada-Nya, ya, saya diuji seperti firman-Nya di atas. Oleh karna
itu untuk sobat yang sedang memilih jalan untuk ta’aruf dan berjanji kepada-Nya
untuk tidak berpacaran, dan datang seseorang yang sepertinya “terlihat” tepat
namun mengajak untuk maksiat (berpacaran) percayalah, itu adalah ujian dari
Allah, untuk menguji kesungguhanmu. Dan saya yakin sobat semua bisa melaluinya,
karna saya bisa, maka kamu juga bisa ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar