Setiap apa yang terjadi mengandung hikmah bagi setiap orang yang mau melihatnya lebih bijak. Karena bersama kesedihan terdapat kebahagiaan.

Selasa, 09 Juli 2013

Manusia Kupu-kupu

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Seorang anak kecil memperhatikan sebuah kepompong di sebuah dahan. Perlahan-lahan kepompong yang dia lihat terbuka, dan di dalam kepompong yang mulai terbuka itu ada seekor kupu-kupu baru yang sedang berusaha keras untuk keluar dari dalam kepompong yang menyelimutinya. Anak itu pun terus memperhatikan hal itu dengan penuh perhatian.

Perjuangan kupu-kupu yang terlihatnya sangat keras itu menggerakkan dirinya untuk mengambil gunting lalu merobek kepompong tersebut agar si kupu-kupu bisa keluar dengan mudah. Singkat, cerita, kupu-kupu itu pun keluar dengan mudahnya lalu hingga pada dahan terdekat. Namun keanehan terjadi, sayap dari kupu-kupu itu tidak bisa mengembang. Hari berganti hari, kupu-kupu itu belum juga terlihat bisa mengembangkan sayapnya untuk terbang dan melanjutkan kehidupannya yang lebih indah. Anak ini merasa, mungkin saja itu karena ulahnya.
Di lain kesempatan, anak ini kembali mengamati sebuah kepompong, dan kali ini dia hanya mengamati dan tidak lagi ikut merobek kepompong tersebut. Dia biarkan kupu-kupu itu merobek sendiri kepompongnya dengan menggunakan kekuatannya sendiri. Tidak lama setelah berhasil keluar dari kepompon itu, sayap sang kupu-kupu pun segera mengembang dengan mempesona, dan indah membawanya terbang mengarungi udara. Sang anak kecil tadi akhirnya paham.

Menurut para peneliti, ketika seekor kupu-kupu berusaha keras merobek kepompongnya, darah yang ada di dalam tubuhnya terpompa ke bagian sayapnya. Dan hal ini yang menyebabkan sayap kupu-kupu bisa mengembang dengan baik, jika tidak, maka sayapnya tidak bisa mengembang. Fase kritis dan sulit itu harus dia lewati. Agar sayapnya mengembang dengan sempurna. Membawanya terbang tinggi. Menjalani hidupnya dan membawa keindahan pada yang melihatnya. Begitulah kupu-kupu.

Dalam menjalani kehidupannya, manusia tidak jauh berbeda dengan fase hidup seekor kupu-kupu. Ada fase dimana manusia bagai telur yang lemah, rentan, dan memerlukan perlindungan. Setelahnya melewati fase larva atau ulat yang bergerak ke sana kemari, mencari makanan dan asupan untuk dirinya agar semakin bertumbuh dan akhirnya menjadi kupu-kupu. Ada waktu dimana sang larva akan diam, menyelimuti dirinya, mengambil waktu untuk menyendiri untuk kemudian berubah hidupnya menjadi kupu-kupu yang indah. Tidak lupa, ada proses dimana manusia akan melalui proses berat dimana Allah akan menempa dirinya dengan masalah yang menyelimuti, mencengkram dirinya laiknya kepompong tadi.

Akan ada waktu dimana hidup ini terhempas yang membuat kita harus menyendiri. Hanya ada Allah dan diri kita, yang akhirnya membuat kita lebih memahami siapa dan untuk apa diri kita hidup ini. Akan ada waktu dimana “Kepompong kehidupan” sangat menjempit dan mencengkram diri kita begitu kuat. Tapi yakinlah hal itu akan membuat diri kita lebih baik. Hidup lebih indah.

Dalam cerita, kepompong pertama tidak melewati “masa kritis” karena sangat dimanja oleh pihak lain, sementara kepompong kedua melewati “masa kritis” itu. Sendirian. Jika kita ingin bisa terbang mengarungi angkasa, maka lewatilah fase kriti tersebut. Berjuanglah. Dan jangan mau terus-menerus dimanja. Bersyukurlah ketika masalah dan fase kritis itu datang dalam hidup kita, yang justru membuat hidup ini lebih indah, kuat, dan juga mempesona.

Karena sesungguhnya Allah memberikan masalah bukan untuk membuat susah, namun agar kita bisa berproses menjadi lebih indah.

Salam Inspirasi!


Follow me on twitter : @panjisyamsi

1 komentar: