Setiap apa yang terjadi mengandung hikmah bagi setiap orang yang mau melihatnya lebih bijak. Karena bersama kesedihan terdapat kebahagiaan.

Jumat, 16 September 2011

Galaunya Sang Mentor

Assalamu’alaykum Wr. Wb.

Galau? Perasaan ga karuan, ga jelas dan amat sangat membingungkan. Hampir semua orang pasti pernah merasakan atau mengalami yang namanya kegalauan. Kalo engga perah, engga manusiawi, karna galau itu fitrah manusia. Kalau ada yang mencela-cela kegalauan, ya berarti dia mencela fitrahnya dan secara engga langsung mencela Allah, kan Yang Menciptakan manusia itu Cuma Allah SWT. Eits, buat yang sering galau, jangan senang dulu saya berargumen seperti itu, apalagi kalau yang galau itu adalah seorang mentor. Nah jadi galau itu sebenarnya yang kayak gimana sih yang boleh? Yuk kita bahas J

Jadi, seperti yang tadi saya jelaskan di atas, bahwa galau itu sifat fitrah manusia, bahkan Rasul pun galau akan masa depan ummatnya, hingga beliau di saat akhir hayatnya berkata, “ummati, ummati, ummati.” Beliau pun pernah galau. Rasul saja bisa galau, apalagi kita manusia biasa, pasti bisa galau kan? Tapi mari kita coba telusuri dulu kegalauan yang melanda diri kita itu, apa penyebabnya? Apakah kita menggalauan hal yang penting dan prioritas? Atau hanya galauin yang engga penting?

Kalau yang digalaukan itu hal keluarga, masa depan, agama, Akhirat, itu tidak dilarang, wajar, justru baik. Karna kegalauan itu yang insyaAllah akan memacu seseorang menjadi pribadi yang lebih bijak dan juga dewasa. Tapi... kalau yang digalaukan adalah hal yang tidak penting, contoh paling sering kita temui di sekitar kita adalah galau cinta dengan lawan jenis, yang belum waktunya, nah itu tuh engga penting banget, saya ulangi, engga penting! Galau tipe kedua ini justru sebaliknya dari tipe pertama, bukannya membuat seseorang lebih bijaksana, tapi malah bikin engga produktif dan juga menjadi pribadi yang bermental lemah.
Sekarang saya mau membahas lebih spesifik lagi bahasan kita, galau karna cinta pada lawan jenis yang belum pada waktunya. Hal yang ini yang paling gampang menyerang ikhwan dan akhwat pada usia belia dan beranjak dewasa.  Mereka jadi kurang aktif, kurang bisa berkreasi, karena yang ada dalam pikiran mereka hanya si pujaan hati, lebih-lebih bila ternyata perasaan itu bertepuk sebelah tangan, tambah galau, tambah diam, dan tambah tidak produktif!

Mentor itu pun adalah sebagai panutan dan contoh teladan mentee yang dibimbingnya, bila mentornya saja sering galau, bagaimana dengan menteenya? Karna mentor bukan saja bertugas memberi dan menjelaskan materi, tapi juga menajdi teladan yag baik bagi menteenya. Jadi alangkah baiknya bila seoranh mentor tidak galau memikirkan hal ini, kalaupun terpikirkan, lebih baik tidak diungkapkan di depan umum.

Semoga apa yang saya tulis ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin Allahuma aamiiin. Allahu a’lam bishawab.
Wassalamu’alaykum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar