Setiap apa yang terjadi mengandung hikmah bagi setiap orang yang mau melihatnya lebih bijak. Karena bersama kesedihan terdapat kebahagiaan.

Kamis, 26 Januari 2012

Islam VS Emansipasi, mana yang lebih menghormati?


Bismillahirrohmaanirrohiim.
R.A Kartini, pahlawan emansipasi perempuan
“Habis Gelap Terbitlah Terang.” Siapa dari masyarakat Indonesia bahkan dunia yang tidak mengetahui kalimat penuh makna ini? Ya, itu adalah kalimat yang diucapkan oleh seorang pahlawan wanita bangsa Indonesia yang berasal dari Jawa, yaitu Raden Ajeng Kartini, seorang wanita yang berjuang dalam memperjuangkan hak asasi kaum hawa ketika masa kolonial Belanda dahulu. Pahlawan emansipasi wanita, tapi bukan beliau yang akan kita perbincangkan pada kesempatan ini, namun “emansipasi” yang ada pada zaman sekarang ini, yang berlawanan dengan ajaran Islam.
Pada zaman sekarang ini, masyarakat berpandangan bahwa ajaran Islam justru merendahkan dan mengekang kaum wanita, sehingga banyak dari kaum hawa melakukan “emansipasi” agar bisa lebih “berprestasi”, benarkah Islam membatasi kaum perempuan untuk berkarya dan berprestasi? Benarkah emansipasi adalah jalan keluar yang sesuai untuk kaum perempuan untuk berkarya dan berprestasi? Dari sudut pandang penulis, ajaran Islam sama sekali tidak membatasi kaum wanita untuk berkarya atau berprestasi, atau justru merendahkan perempuan dengan laki-laki, justru sebaliknya, emansipasi lah yang merendahkan dan menghinakan perempuan, kok bisa?  Penulis ambil beberapa contoh nyata pernah beberapa kali penulis dengar.
“Islam itu membatasi kami berekspresi dalam hal berpakaian, tidak modern, dsb. Kita kan mesti ikutin zaman yang ada sekarang.” (emansipasi)
Benar kah seperti itu? Apakah Islam membatasinya? Ya, memang benar Islam membatasi dalam hal berpakaian bagi kaum hawa, tapi bukan untuk membatasi dalam berekspresi, justru dengan membatasi hal-hal dalam berpakaian itu Islam menghormati dan melindungi perempuan dari hal-hal yang merendahkan, seperti contohnya banyak wanita zaman sekarang yang memakai pakaian minim yang memperlihatkan bagian aurat mereka, sehingga banyak dilihat dan dinikmat oleh laki-laki yang tidak baik, bahkan sering menjadi pemicu terjadinya tindak asusila, betul toh? Tapi disaat hal itu sudah terjadi, siapa yang mereka salahkan? Si pelaku yang merupakan laki-laki, bahkan kadang sampa menyalahkan nasib/takdir yang itu berarti menyalahkan Allah?! Nau’dzubillahi min dzalik. Sementara lihat ajaran Islam yang membatasi namun untuk menghormati dan melindungi perempuan.
”Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.....” (Q.S An-Nuur : 31)
Baca dan cermati ajaran Islam yang telah ada sejak berabad-abad yang lalu, sudah sejak lama Islam menghormati dan melindungi wanita dari hal-hal yang buruk, bahkan wanita yang berpakaian sopan menutup auratnya, lebih terhormat dan disegani oelh banyak orang dibanding wanita yang mengumbar auratnya dengan mengatasnamakan “emansipasi”, apakah membatasi kreativitas dalam berpenampilan? Tentu tidak, lihat model-model jilbab yang ada sekarang, dengan corak, warna yang tentu saja hasil dari ekspresi dan karya kreativitas, namun tetap melihat syarat-syarat syar’i (kesempatan berikutnya kita bahas kesalahan-kesalahan umum dalam berjilbab).
Lalu apalagi? Masyarakat zaman dulu mengatakan dan juga memiliki pemikiran bahwa Islam tidak mengizinkan kaum wanita untuk menuntut ilmu atau belajar banyak dalam hidupnya, karna wanita ditakdirkan pada akhirnya akan menjadi seorang istri dan mengurus keluarga saja, kembali lagi penulis bertanya? Benarkah demikian? Mari kita sabda Baginda Nabi Muhammad SAW (Allahumma shalli wabarik ‘alaih)
“Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah).” (H.R Ibnu Majah)
Oki Setiana Dewi, artis muslimah yang menjaga hijabnya
Begitulah sabda Nabi yang telah beliau sabdakan berabad-abad silam, sesungguhnya yang membatasi seorang wanita untuk belajar atau berpendidikan lebih tinggi bukanlah Islam, namun pemikiran orang-orang zaman dulu yang memeluk Islam, sehingga yang disorot salah adalah Islam. Dan lagi-lagi, perempuan tetap bisa berprestasi, bekerja, bahkan berpenghasilan untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan keluarga, bisa dengan cara berjualan di rumah, atau membuat pabrik rumahan, tanpa harus pergi ke kantor, pulang malam, sehingga anak-anak terlantar, bahkan terkadang menimbulkan fitnah. Dan contoh terakhir yang penulis pernah dengar juga, bahwa perempuan muslimah yang menutup auratnya dengan baik, yang memegang ajaran Islam dengan baik tidak akan sukses dalam pekerjaannya? Lagi-lagi dan lagi-lagi penulis bertanya, benarkah demikian? Lagi-lagi hal itu salah, banyak pengalaman yang penulis dapat dari beberapa wanita yang lebih memilih menjaga hijabnya dari pada harus melepasnya hanya untuk mendapat atau menjaga pekerjaannya, mau bukti yang nyata bahkan terkenal, lihat seperti Oki Setiana Dewi, ukhti ini menjaga auratnya dengan pakaian yang sesuai ajaran Islam, namun ukhti ini bisa berprestasi dalam dunia akting dan jauh dari fitnah gossip, bagaimana bisa? Mari sama-sama kita resapi dan hayati firman Allah ‘Azza Wa Jalla dalam ayat-Nya yang indah,
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu membantu (agama) Allah, niscaya Dia akan membantumu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S Muhammad : 7)
Itulah beberapa pendapat penulis tentang salahnya penafsiran “emansipasi” dan ajaran Islam yang banyak berkembang pada zaman sekarang ini, pada akhirnya, setuju atau tidak, penulis kembalikan pada pembaca. Wallahu a’lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar